Cinta terhadap Nabi Muhammda SAW
“Katakanlah, Jika kamu
(benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah (sunnah/petunjuk)ku, niscaya Allah
mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Qs. Ali ‘Imran:
31).
Berdasarkan ayat di atas, jelaslah bahwa mencintai dan
mengagungkan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
sebenarnya adalah dengan meneladani petunjuk dan sunnah beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam, dengan berusaha mempelajari dan mengamalkannya dengan
baik. Dan bukanlah mencintai dan mengagungkan sunnah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dengan melakukan perbuatan-perbuatan bid’ah dengan
mengatasnamakan cinta kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,
atau memuji dan mensifati beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam secara
berlebihan, dengan menempatkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi
kedudukan yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala tempatkan
beliau padanya.
Dalam sebuah hadits shahih, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Janganlah kalian memuji diriku secara
berlebihan dan melampaui batas, sebagaimana orang-orang nasrani melampaui batas
dalam memuji (Nabi Isa) bin Maryam, karena sesungguhnya aku hanyalah seorang
hamba Allah, maka katakanlah: hamba Allah dan Rasul-Nya.“
Inilah makna cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam yang dipahami dan diamalkan oleh generasi terbaik umat ini,
para sahabat radhiallahu ‘anhum. Anas bin Malik radhiallahu
‘anhu berkata, “Tidak ada seorangpun yang paling dicintai oleh para
sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, akan tetapi jika mereka
melihat beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka tidak berdiri
(untuk menghormati beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam), karena
mereka mengetahui bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci
perbuatan tersebut.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar